Selasa, 12 November 2013

Resensi Buku Negeri 5 Menara


RESENSI BUKU NEGERI 5 MENARA



Judul Buku                  : Negeri 5 Menara
Nama Pengarang         : Ahmad Fuadi
Tahun Terbit                : 2009
Nama Penerbit             : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tempat Terbit              : Jakarta
Tebal Buku                  : 420 Halaman


Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi yang merupakan novel best seller ini, menceritakan kisah lima orang sahabat yang mondok di sebuah pesantren yaitu Pondok Madani (PM). Novel best seller ini merupakan novel fiksi yang secara baik bercerita tentang dunia pendidikan khas pesantren, lengkap dengan segala pernak-pernik kehidupan para santrinya.
Alif Fikri adalah seorang yang sangat menginginkan sekolah di SMA Bukittinggi Sumatera Barat dengan berbekal nilai ujian yang lumayan bagus. Namun mimpinya seakan sirna, musnah tak berbekas, karena Amaknya tidak mengijinkan. Beliau ingin Alif sekolah di Madrasah Aliyah yang berbasik agama, dengan alasan Amak ingin Alif menjadi Ustad (Ulama). Dengan setengah hati, Alif menerima keinginan Amaknya untuk sekolah agama.
Awal mulanya dia sangatkaget dengan segala peraturan ketat dan kegiatan pondok. Untunglah, dia menemukan sahabat-sahabat dari berbagai daerah yang benar² menyenangkan. Niatan setengah hatinya kini telah menjadi bulat. Di bawah menara PM inilah mereka berlima justru menciptakan mimpi-mimpi lewat imajinasinya menatapi langit dan merangkai awan-awan menjadi negeri impian. Mereka yakin kelak impian itu akan terwujud.
Setelah 15 tahun masa-masa sulit di Pondok Madani berlalu. Alif (Washington DC), Atang (Kairo), dan Raja (London) dipertemukan kembali di London setelan 11 tahun dipisahkan. Keberadaan Sahibul Menara yang lain yakni : Said meneruskan bisnis batik keluarga Jufri d Pasar Ampel, Surabaya. Sesuai cita-cita mereka dulu, Said dan Dulmajid mendirikan sebuah pondok dengan Semangat PM di Surabaya. Baso yang brilian ini kuliah di Mekkah dengan modal hapal luar kepala segenap isi Al-Qur’an, dia mendapat beasiswa penuh dari pemerintah Arab Saudi. Sedangkan, Atang telah delapan tahun menuntut ilmu di Kairo dan sekarang menjadi mahasiswa program doktoral untuk ilmu hadits di Universitas Al-Azhar. Sementara Raja telah 1 tahun tinggal di London, setelah menyelesaikan hukum Islam dengan gelar License di Madinah. Dia akan berada di London selama 2 tahun memenuhi undangan  komunitas Muslim Indonesia di kota ini untuk menjadi pembina agama. Alif sebagai wartawan di Independence Avenue.

Dulu mereka melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Mereka tidak takut bermimpi, walau sejujurnya juga mereka tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihatlah hari ini. Setelah mereka mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian ke pelukkan masing-masing. Mereka berenam teral berada di lima negara yang berbeda. Di lima menara impian mereka. Jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar. Man Jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.Karena mereka yakin akan mantra ampuh yang mereka dapatkan dari Kyai Rais (Guru Besar PM), yaitu man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
Setelah saya amati buku ini mempunyai kelebihan yaitu novel ini dapat dibaca oleh semua kalangan. Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini sangat menarik. Ringan, deskriptif serta mampu memperkaya kosakata dan wawasan berbagai macam daerah. Terdapat catatan kaki di bagian bawah yang menjelaskan arti dari kata tersebut. Ungkapan-ungkapan dan peribahasa juga terdapat dalam novel tersebut, salah satunya “Man Jadda Wajada” yang sering di cantumkan dan membuat novel ini terkenang di hati pembaca. Pembaca tidak akan bosan membaca kehidupan di Pondok karena penulis menggunak alur campuran. Penulis mengambil setting Alif yang sudah bekerja lalu mulai masuk ke dalam ingatan-ingatan Alif akan kehidupannya di Pondok Madani. Setelah cukup panjang menceritakan tentang pondok, penulis beralih lagi ke kehidupan Alif sekarang. Bisa Mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok yang hanya belajar agama saja. Karena dalam novel ini selain belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu umum seperti bahasa inggris, arab, kesenian dll.
Tapi buku ini tidak luput dari kelemahan yaitu klimaks cerita kurang menonjol sehingga para pembaca merasa alur cerita sedikit datar. Setelah selesai membaca, pembaca merasa cerita belum selesai setuntas-tuntasnya. Hal ini mungkin disebakan karena penulis mendasarkan ceritanya pada kisah nyata dan tidak ingin melebih-lebihkannya.Kertas dari novel ini sedikit buram sehingga pembaca yang mempunyai kelainan mata akan sulit membaca novel ini.
Novel ini banyak dinilai masuk ke dalam novel motivasi seperti Laskar Pelangi milik Andrea Hirata.Novel yang satu ini juga  masuk ke dalam jajaran Best Seller dan berhasil merubah pandangan salah mengenai dunia pesantren. Novel ini direkomendasikan bagi siapapun yang sedang ada di dalam proses untuk mewujudkan cita-cita. Resensi novel Negeri 5 Menara ini hanya mengisahkan sebagian kecil cerita yang tersimpan di dalamnya. Jadi, ada baiknya Anda membeli dan membaca langsung agar bisa memetik hikmah yang lebih dalam.


Mojokerto,16 September 2013
Oleh Mohamad Ihya Ulum Muddin

0 komentar:

Posting Komentar